April 21, 2008

tentang matahari dan rembulan

yang nulis isma di 9:38 AM 0 komentar
“Ibu, matahalinya sudah telbit,”anakku mengingatkan. Selalu, setiap kali aku menjanjikan kalau kita akan pergi setelah matahari terbit. Begitu terlihat hari mulai terang, ia sudah yakin kalau janji ibunya harus ditepati. Ia belum mengerti kalau matahari terbit harus menyesuaikan hitungan jam untuk memulai aktivitas. Lebih-lebih jika kaitannya dengan orang banyak. Ia hanya hafal jawaban bahwa matahari terbit setiap pagi dari ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat. Lalu, ia akan sibuk memprotes ibunya yang tak juga kunjung selesai berbenah. “Ayo Bu, sudah telbit matahalinya..”

Matahari, sebagai penanda waktu siang untuk mulai beraktivitas. Sementara bulan, yang cahayanya lebih redup, juga menandai waktu sudah pekat malam. “Itu bulan sabit,”sebut anakku sekali waktu ketika aku mengajaknya menatap langit hitam berhias manik-manik bintang. Ia masih agak susah untuk mengingat bulan purnama. Mungkin karena yang sering ia lihat adalah bulan sabit daripada purnama.

Hanya itu yang anakku tahu tentang matahari dan rembulan. Ia tidak tahu bahwa matahari dan rembulan bersatu cahaya. Meskipun tidak terbit pada saat dan waktu yang bersamaan. Mereka terbit di tempat yang berbeda, menandai datangnya waktu yg juga berbeda, siang dan malam. Ia juga tidak tahu, tentang cinta antara matahari dan rembulan. Rindu antara matahari dan rembulan. Jauh tapi dekat. Tidak dekat tapi lekat. Matahari dan rembulan.

Tapi, ada saat di mana matahari dan rembulan bersama dalam satu kedekatan garis lurus. Berbagi cahaya meski terhalang bumi. Tentu saja anakku juga tidak tahu bahwa gelapnya gerhana adalah pautan cinta dan rindu antara matahari dan rembulan. Tak ada pekat sebenarnya, hanya keheningan dalam kenyamanan. Meski, bagi makhluk lain adalah kepekatan... Tidak untuk matahari dan rembulan...

April 18, 2008

ada

yang nulis isma di 8:25 AM 0 komentar
pakabar malam
masihkah dingin menunggu hangatmu
masihkah sepi mengharap sapamu
masihkah pekat mimpikan mataharimu
malam ini...

ah,
usahlah kau pinta hangat mentari
usahlah kau tunggu senyum rembulan
usahlah kau mimpi samudera cinta
usahlahusahlah...
smua ada bersamamu
dalam hangat peluk anni...

April 15, 2008

terbakar...

yang nulis isma di 8:25 AM 0 komentar
malas angin berhembus
malas surya terbit, pun tenggelam
malas bulan tersenyum
malas laut berombak
malas bumi berotasi
terBAKAARRRRR API-ku

hm.. tercekat kaki berpijak
galau dalam tatap
deras mengalir menembus sukma
sayu, tunduk, luruh
sini biar kurengkuh dalam peluk
then what i can do for u...

April 13, 2008

mata bulan

yang nulis isma di 8:07 AM 0 komentar
matahari adalah hatiku
adalah hatimu
dekatdekatlah resapresaplah
dalam hati penuh matahari

matahari haruskah di kelopak mata
haruskah panggang bumi
haruskah siang hari,
toh di persembunyiannya
silaukan mata
hangatkan bumi
jadikan siang jadikan malam

terbanglah kau rembulan
terbanglah
terbang tinggilah kau
terbang tinggi
setinggitinggi kau terbang
aku bisa melihatmu

rembulan pasti tahu
bintang tak cuma satu
tapi bintang
dengan hati berselimut hati
rembulan lebih tahu

alun2rembang, 12408

April 11, 2008

hati .....

yang nulis isma di 12:25 AM 0 komentar
di nyenyak tidurmu ...
aku sibuk ...
membungkus hatimu ...
dengan hatiku

di antara sadar tidurku ...
aku rasa ...
kian hangat hatiku ...
oleh hatimu

dua dalam satu ...
hatimu hatiku

April 09, 2008

Pagi Ini...

yang nulis isma di 7:16 AM 0 komentar
Bangun... Banguuuun. Apa kabar pagi. Cukupkah tidurmu semalam. Usah risau sesak di jalan. Pandang depan. Senyum terkembang. Pada pagi ada mentari, pasti.
Hei salah, orang mendung banget. Tapi, mentari tidak di langit. Tak harus binarkan cahaya. Mentari ada di hati. Hatiku untukmu. So what gitu loh.
Gubrak! Pagi ini, ada perempuan menggombal. Maaf. Bukan ia mengada-ada. Bukan juga berasa paling tahu. Bukan juga pasti benar adanya. Tapi, pagi ini. Ada juga laki-laki yang terbang. Karena gombal perempuan.

April 03, 2008

Satu Tangga Lagi...

yang nulis isma di 10:33 AM 0 komentar
Pagi ini Nihayah berkirim sms... Cuma beberapa kata, tapi... nyeees. Luruh sudah gelisahku... terjawab sudah penantianku... Hampir-hampir tak percaya. Dan seperti biasa, jurus pelampiasannya adalah tangis haru dan bahagia.

Terima kasih untuk semua doa yang tak pernah usai buatku. Terima kasih untuk semua motivasi dan dorongan. Tinggal satu tangga lagi, aku akan sampai pada sebuah episode baru dalam hidupku. Gusti, sebagaimana memang tak ada kesulitan bagi-Mu untuk menentukan sesuatu, buatlah semua jalan ini menjadi mudah untukku, bersama segala berkah dan kebaikan juga pertolongan-Mu. Amiin.

Mei, 3-4 kembali aku akan diuji. Teman, jangan bosan mendengar pinta untuk bantu aku dengan doa ya...

April 02, 2008

Ah...

yang nulis isma di 12:38 PM 0 komentar
Ia menangis. Tak jadi meneruskan kembali cerita panjangnya tentang laki-laki itu. Ia hanya menatapku, seolah ia ingin biar aku saja yang membaca cerita itu lewat matanya. Ah... sedemikian dahsyatnyakah cinta hingga membuat bibirnya beku tak bersuara. Kelu oleh deru rindu yang menyesak.

Laki-laki itu. Aku juga pernah melihatnya. Malah berpapasan, dan lalu melempar teguran juga tatap. Manis. Tinggi berpadu padan dengan tubuh yang padat tidak gemuk. Kulitnya tidak putih memang, tapi serasi dengan matanya yang berbinar cerdas. Hidungnya lancip, senada dengan bibirnya yang tipis kecoklatan. Jika mengatup tampak diam bersahaja, jika terbuka karena senyum juga tawa tampak ramah segenap jiwa. Sepasang kaca itu, sungguh membuat ia bukan laki-laki biasa. Nyaris sempurna.

Hei, bagaimana mungkin aku yang bukan ia bisa menggambarkan laki-laki itu sedemikian nyata...

Ah...
 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea