October 31, 2008

memulai

yang nulis isma di 12:38 PM 0 komentar
seperti tahun lalu,
hari ini semua akan aku awali
menapaki proses dan tahapan...
bismillahirrahmanirrahim,
gusti meski berlimpah peluhku
aku yakin Engkau tahu harapku,
kabulkanlah... amiin.

October 28, 2008

Tahapan Hidup

yang nulis isma di 3:22 PM 0 komentar
Tidak setiap orang memiliki tahapan hidup yang sama. Tahapan2 itu mengajari aku tentang sebuah pengalaman. Pengalaman menjadi santri, menjadi anak kos, menjadi pembangkang, misalnya. Tahapan-tahapan itu tak selamanya terasa manis, bahkan sering kali pahit dan menyesakkan dada. Sering, satu tahapan itu belum pernah terpikirkan, muncul dalam angan saja tidak. Malah tahapan itu adalah sesuatu yang sangat aku jaga dan benci. Tapi, ia tiba-tiba saja sudah tertata apik di hadapan. Dan, semua teralami begitu saja.

Kini, aku tengah menapaki satu tahapan. Semoga saja aku bisa menjalaninya dengan baik dan bijak. Selamat, terjaga, dan terampuni. Dan, pada satu titik tahap berikutnya bisa aku baca dan maknai kenapa aku harus menapakai tahapan yang itu. Karena aku yakin betul, tidak ada hal sekecil apa pun di dunia ini yang tercipta sia-sia. Meskipun tahapan itu penuh lumpur dan noda. Suatu saat, ia pasti akan terbaca. Pada saatnya semuanya akan menjadi terang dan berhikmah.

October 22, 2008

Makwheeer

yang nulis isma di 4:20 PM 0 komentar
"Dia selalu bilang makwheeer."
"Apa itu?'"
"Entahlah. Yang pasti itu soal rasa."
"Rasa apa?"
"Mmmm yang terbang, juga yang jatuh luruh, rontok."
"Bisa ya?"
"Tentu..."

Aku termangu, mendengar jawab itu. Dari seorang perempuan di sebuah halte. Aku belum mengenalnya dengan baik, dia pun demikian. Tapi, tiba-tiba saja dia bergumam, seolah tanpa sadar, mengucapkan kata itu.

Sekali lagi aku tatap perempuan itu. Matanya menerawang, menembus kabut basah yang tampak membayang di dua pelupuknya. Berkaca-kaca. Aku ingin bertanya lebih banyak lagi, kalau saja bis jalur 16 yang aku tunggu sejak dua puluh menit lalu itu belum menghampiriku, siap membawaku. Makwheeer!

October 12, 2008

Seorang Teman

yang nulis isma di 9:16 AM 0 komentar
Sebut saja Aini, pagi ini menyapaku. Dia sekarang mengajar di sebuah perguruan Islam negeri di Kalimantan. Sedang ada urusan kampus soal akreditasi, katanya. Sambil menunggu teman-temannya berkumpul, dia menelponku.

"Setiap kali aku mendengar cerita kamu dan Nina, aku jadi bersemangat lagi, Is. Kehidupan kalian begitu asyik dan dinamis," ia menjelaskan.

"Ah, masak? Sementara aku setiap membayangkan aktivitasmu justru sangat asyik dan tidak stagnan seperti aku lho...," aku membantah. "Kamu punya banyak peluang, untuk sekolah lagi misalnya, tanpa harus banyak melakukan kompromi karena kamu masih single."

Dia tergelak. "Inilah perlunya kita selalu menjaga kontak, Is. Karena sawang sinawang itu bisa saling membuat kita mensyukuri apa yang kita miliki sekarang. Sebab sering kali kita tidak sadar betapa berharganya hidup kita yang selama ini kita anggap stagnan dan itu-itu saja."

Aku mengangguk. Mengiyakan. "Dan, seperti itulah seorang teman yang baik kan, Ni?"

"Iya. Dan lebih dari itu, inilah sisi lain kehidupan batin perempuan. Dia butuh teman yang meyakinkan bahwa apa yang dilakukannya bukan sesuatu yang biasa. Dia butuh teman sharing dan berbagi. Apa pun, dalam kehidupannya."

Sampai di sini, aku sebenarnya ingin bertanya, "Lalu bagaimana dengan sisi lain kehidupan batin laki-laki? Apa iya dia tidak butuh teman untuk meyakinkannnya dan berbagi?"

Tapi, sayang sambungan telpon sudah terputus.

October 10, 2008

Cerita Mudik

yang nulis Isma Kazee di 3:16 PM 0 komentar
Lebaran sudah lewat, para pemudik juga sudah kembali ke tempat asal masing-masing. Meninggalkan kampung halaman, membawa cerita usai melepas rindu pada keluarga. Yang tersisa mungkin rasa penat dan capek karena jarak dan langkah perjalanan. Tapi, kepenatan dan kelelahan itu terbayar sudah oleh rasa puas bisa mudik di saat lebaran.

Pada mudikku kali ini, lumayan banyak yang baru. Cat dinding rumah di kampung yang semula merah bata berganti hijau cerah. Pada kusen pintu dan jendela disapu warna kuning yang juga cerah. Tampak ayu dan cantik. Perpaduan warna yang kelihatan lebih menarik dari warna-warna sebelumnya. Selebihnya, adalah cerita-cerita up date yang dikisahkan ibuku, adikku, juga tetanggaku. Tentang bude-pakde, bulek-paklek, si anu dan si itu. Ada yang benar-benar up date, tapi ada juga yang hanya mengulang dan berkutat pada topik dan persoalan yang sama saja.

Tetanggaku yang bersuami, beranak kecil dua, tetap saja harus berlebaran tanpa suaminya yang memilih pulang ke rumah orang tuanya sejak tiga tahun terakhir. Jangankan memberi THR, menanyakan kabar apakah kalian baik-baik saja juga tidak. Dalam balutan tubuhnya yang kurus, ia sudah tak lagi punya harap tentang laki-laki itu. Harapannya ada pada kerja membatik yang ia lakukan untuk kedua anaknya. Aku tidak habis pikir dengan laki-laki semacam suaminya. Egois dan kekanak-kanakan. Dan, aku tak habis percaya, masih ada ketegaran seorang perempuan diperlakukan semena-mena seperti itu.

Saudara sepupu jauhku, suaminya adalah tukang kayu yang sebelumnya aku tahu hidup berkecukupan. Mereka punya motor, dan saudara sepupu jauhku itu juga memakai perhiasan yang gemerlap. Tapi, sejak awal puasa sang istri memilih untuk pergi ke Saudi Arabia menjadi TKW. Demi perbaikan kehidupan ekonomi keluarga yang di ambang bangkrut. Entah siapa yang berinisitif, tapi lagi-lagi makhluk yang bernama perempuan mau berbuat sesuatu.

Bulekku, perempuan beranak dua…

Ah, mudik. Kapan pun aku berkesempatan, cerita-cerita itu selalu berputaran. Kadang membuat aku jengah dan putus asa. Tapi, tak jarang membuat aku bisa lebih arif menikmati dan menjalani kehidupanku. Banyak syukur, menjaga tanam harapan, dan semangat mengejar mimpi.

Mudik

yang nulis Isma Kazee di 3:16 PM 0 komentar
Lebaran sudah lewat, para pemudik juga sudah kembali ke tempat asal masing-masing. Meninggalkan kampung halaman, membawa cerita usai melepas rindu pada keluarga. Yang tersisa mungkin rasa penat dan capek karena jarak dan langkah perjalanan. Tapi, kepenatan dan kelelahan itu terbayar sudah oleh rasa puas bisa mudik di saat lebaran.

Pada mudikku kali ini, lumayan banyak yang baru. Cat dinding rumah di kampung yang semula merah bata berganti hijau cerah. Pada kusen pintu dan jendela disapu warna kuning yang juga cerah. Tampak ayu dan cantik. Perpaduan warna yang kelihatan lebih menarik dari warna-warna sebelumnya. Selebihnya, adalah cerita-cerita up date yang dikisahkan ibuku, adikku, juga tetanggaku. Tentang bude-pakde, bulek-paklek, si anu dan si itu. Ada yang benar-benar up date, tapi ada juga yang hanya mengulang dan berkutat pada topik dan persoalan yang sama saja.

Tetanggaku yang bersuami, beranak kecil dua, tetap saja harus berlebaran tanpa suaminya yang memilih pulang ke rumah orang tuanya sejak tiga tahun terakhir. Jangankan memberi THR, menanyakan kabar apakah kalian baik-baik saja juga tidak. Aku tidak habis pikir dengan laki-laki semacam dia. Egois dan kekanak-kanakan. Dan, aku tak habis percaya, masih ada ketegaran seorang perempuan diperlakukan semena-mena seperti itu.

Saudara sepupu jauhku, suaminya adalah tukang kayu yang sebelumnya aku tahu hidup berkecukupan. Mereka punya motor, dan saudara sepupu jauhku itu juga memakai perhiasan yang gemerlap. Tapi, sejak awal puasa sang istri memilih untuk pergi ke Saudi Arabia menjadi TKW. Demi perbaikan kehidupan ekonomi keluarga yang di ambang bangkrut. Entah siapa yang berinisitif, tapi lagi-lagi makhluk yang bernama perempuan mau berbuat sesuatu.

Bulekku, perempuan beranak dua…

Ah, mudik. Kapan pun aku berkesempatan, cerita-cerita itu selalu berputaran. Kadang membuat aku jengah dan putus asa. Tapi, tak jarang membuat aku bisa lebih arif menikmati dan menjalani kehidupanku. Banyak syukur, menjaga tanam harapan, dan semangat mengejar mimpi.
 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea