June 26, 2013

Visa oh Visa

yang nulis Isma Kazee di 3:07 PM 2 komentar
Meskipun aku sudah tiga kali apply visa, yaitu ke USA dua kali, dan satu kali ke Kanada, aku tetap saja merasa deg-degan ketika akan apply visa India hari Senen, 13 Mei 2013. Membayangkan interviewernya yang cool dan tegas, bertanya ini dan itu, sudah cukup membuatku panas dingin. Tapi, harapanku semoga akan semulus perjalanan pengajuan visaku yang lain.

Kedutaan India terletak berseberangan dengan Kedutaan Belanda, di jalan Rasuna Said. Seperti bangunan kedutaan yang lain, gedung kedutaan yang aku tuju ini juga dibentengi oleh pagar tinggi yang tampak kokoh dan angkuh. Akses masuk dijaga oleh satpam, hanya berupa pintu besi yang cukup untuk lewat satu orang. Setelah mendaftarkan diri dan menitipkan tas ransel, aku diizinkan masuk, melewati halaman yang teduh oleh rimbunan daun-daun pohon besar di sekeliling gedung kedutaan. Aku coba melangkah dengan santai sambil, tetap, membaca shalawat keberuntungan dalam hati :))

Begitu sampai ke ruangan interview, bisa ditebak, hampir 70% orang yang tengah antri menunggu giliran adalah orang-orang berhidung mancung. Aku sendirian saja. Seorang teman yang ikut program summer school bersamaku minggu sebelumnya sudah berhasil mendapatkan visa. Sayangnya, ia mengajukan visa hanya untuk dua bulan. Padahal masa berlaku visa dimulai ketika ia diterbitkan, yaitu bulan Mei. Otomatis ketika ia akan berangkat ke India pada bulan Juli, masa berlaku visa sudah habis. Wassalam :)

Aku mengajukan visa untuk masa 6 bulan, dengan jenis visa untuk turis, dan mempersiapkan uang 500rb. Namun, saat interview, petugas visa menjelaskan bahwa aku tidak bisa apply visa untuk turis karena tujuanku ke India untuk belajar. Dia memberiku ketegori visa Exchange dengan biaya 1 juta. Aku sebetulnya sempat kaget, tapi daripada berbelit-belit aku patuhi saja apa kata si ibu petugas. Selain itu, si ibu juga meminta surat keterangan dari tempatku bekerja di Jogja, supaya disusulkan waktu pengambilan visa.

Well, apa boleh buat. Tugasku selanjutnya adalah mencari ATM terdekat untuk mengambil uang tambahan. Jadi ingat cerita pengajuan visaku ke Kanada yang berputar-putar mencari Bank sebelah :)) Syukurlah, aku tak perlu lama berputar-putar sehingga aku bisa segera menyelesaikan pembayaran dan pengajuan visaku hari itu. Sebenarnya esok harinya aku sudah bisa mengambil passport lengkap dengan visa India. Namun aku baru bisa mengambilnya hari Jumat, 17 Mei 2013.

Lancar dan nyaris tanpa hambatan. Aku bersyukur kalau akhirnya persiapan keberangkatanku ke India sudah 50% siap. Tinggal persiapan koper seisinya dan bahan-bahan untuk sharing serta essay selama mengikuti program. Namun, lain pengalamanku lain lagi dengan pengalaman 2 temanku yang lain. Selain seorang teman yang harus apply visa lagi karena sudah expired, dua kawan yang lain sampai sekarang belum berhasil mendapatkan visa. Ohhh!

Persoalan yang muncul adalah surat sponsor yang mencantumkan nama lembaga tertentu, yang mungkin sedang ada masalah internal dengan pemerintahan India. Mungkin. Jadi, ketika teman kedua apply, pengajuannya ditolak. Padahal, surat yang dipakai sama persis dengan yang aku pakai. Dan ketika temenku menjelaskan tentang pengajuanku yang diterima, petugas menjawab bahwa itu merupakan keteledoran petugas pada waktu itu. Lalu, kami pun mendapatkan surat sponsor yang baru, dan dipakai oleh temen yang ketiga untuk coba apply. Petugas menyambut dengan baik. Hanya saja, kali ini ia meminta dokumen surat reservasi dari hotel tempat kami akan menginap di India, yang berarti dokumen baru yang sebelumnya tidak diminta waktu aku atau temenku yang pertama mengajukan visa. Terbaca aneh dan tidak konsisten menurutku :)

Sekarang ketiga teman-temanku sedang menunggu surat reservasi itu, sambil menunggu detik-detik terakhir untuk applikasi visa yang tinggal seminggu. Karena the latest day untuk apply dihitung seminggu sebelum keberangkatan, yaitu tanggal 13 July. Ohhh tidak. Ini harus marathon oh mungkin sprint! Aku yang sudah beres visanya ikut merasa khawatir, karena segala sesuatu susah untuk diprediksi. Semoga Tuhan memudahkan segala urusan, membuka hati baik para petugas dan meluluskan pengajuan visa teman-temanku.

Saat ini aku merasa berterima kasih karena IFP memberiku banyak pengalaman, di antaranya bagaimana pentingnya bersegera menyelesaikan urusan dokumen. Bahkan, November 2009 ketika Mbak Nune memberitahu kalau aku menjadi salah satu IFP fellow, aku langsung diminta untuk mengurus passport, meskipun waktu itu belum jelas apakah aku bisa diterima sekolah di LN atau tidak. Waktu summer 2011, aku dan teman-teman juga diwanti-wanti untuk menyelesaikan urusan perbaruan visa USA begitu tiba di Jakarta, padahal kami ada waktu sekitar tiga bulan di rumah. Selain visa, IFP juga mengajariku untuk memastikan tiket jauh-jauh hari sebelum keberangkatan dari departure sampai kembali. Selain karena ini juga penting bagi mahasiswa yang backpacker untuk mendapatkan harga yang murah :))

Mengajukan permohonan visa memang banyak serba-serbinya, termasuk untuk pengajuan visa India. Jalan pikiran, konflik politik, atau pertimbangan-pertimbangan yang memberatkan pengajuan visa susah sekali ditebak. Meskipun di website sudah dijelaskan dokumen yang harus disiapkan, teknis di lapangan bisa berubah menjadi ribet dan berbelit. Hmmm, sepertinya mengajukan permohonan visa itu 5%-nya sangat bergantung pada keberuntungan ya :)) Oh Visa.

 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea