March 04, 2015

The Time

yang nulis Isma Kazee di 12:22 PM 0 komentar
"It's the time, finally," ucapmu. Adikku yang paling manis.
"Kamu sedih?"
"Ya sedikit, tapi lebih banyak kuatir," jawabmu lagi.
Aku tertawa, "Kamu masih tidak percaya ya sama Mbakmu ini. Urusan Ayah Ibu sini serahkan sajalah sama Mbak."
"Yee bukan soal Ayah Ibu, Mbok. Tapi bagaimana aku di sana," ralatmu tak terima.
"Percaya juga sama Mbak, kamu kan fighter, pasti akan baik-baik saja. I am proud of you!"

Mobil berhenti tepat di bibir halaman gedung pemberangkatan. Aku dan adikku memang tak terlalu dekat, malah sering rebutan dan bedebat bahkan untuk hal-hal yang sepele. Tapi, tetap saja melepasnya tinggal jauh dari rumah bukan hal yang mudah. Aku jadi tidak ada kawan bertengkar lagi di rumah. Tapi, perasaanku ini tak lebih berat dari yang dirasakan Ibu. Karena aku harus bekerja setiap hari bahkan ke luar kota, adikku ini yang selalu menemani ibu, menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu tentang issue yang ditayangkan di TV, bahkan mengajarinya bagaimana menggunakan Hp baru yang baru dibelinya kemarin.

"Jangan lupa lho, ubah habit makanmu. Ingat-ingat apa yang sudah Mbak ajarkan," ucapku dengan mata pura-pura mendelik.
"Iya-iya. Ah, cerewet deh!"

Aku tertawa, mataku berarir, bukan karena tawa sebenarnya. Tapi, aku menangis. Adikku memeluk kami satu per satu. Ibu tak menangis. Ia perempuan yang tegar. Kugenggam tangannya kuat. Ayah, seperti biasa, tampak tenang memeluk adik semata wayangku. Semua bawaan sudah berjajar di samping kanan kiri adikku. Ia mengenakan batik krem yang aku belikan di pasar Bringharjo. Dibalut jaket almamater SMA-nya, menggendong tas punggung tempat laptop dan benda penting lainnya. Ia sudah tumbuh menjadi anak besar dan akan menjadi orang besar. Ia melambaikan tangan sambil berjalan menuju antrean. Setelah sosoknya tak terlihat, kami beranjak menuju parkir mobil.

Trueng, notifikasi email pada hapeku berbunyi ketika perlahan mobil kami berjalan.
"Oh God, is it real?" teriakku tak percaya begitu membaca email yang kuterima.
"Ada apa Naka?" tanya Ibu.
Aku berhambur ke pelukan Ibu, menangis. Tuhan menjawab doa-doaku.




 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea