Rintikrintik air langit semalaman menyisakan dingin di pagi hari. Tentu saja karena matahari tidak bersinar terang meski hari sudah siang. Apalagi jika rintik air itu belum sepenuhnya berhenti. Membuat kuyup dedaunanku di taman, membuat banyak genangan kecil terbentuk tak beraturan di lantai balkon rumah, juga membuat sepi jalan karena orang akan memilih untuk menarik selimut rapat-rapat dan kembali tidur.
Aku sebenarnya ingin bermalas-malasan. Apalagi sekarang hari libur. Tidur seharian, memanjakan pikiran. Tidak mandi juga sisiran. Tidak bersih-bersih, tidak juga masak. Cukup pencet nomor dan pesanan akan diantar. Lalu, aku akan menikmatinya sambil menonton tv atau membaca komik kesukaan. Hmm, nyaman sekali rasanya.
Tapi, bagaimana bisa aku menikmati rencana itu jika hatiku sedang diguyur gerimis? Gerimis semalaman yang membuat aku menggigil sesiangan ini. Menyisakan basah di kedua mata dan pipiku. Menghadirkan gelap tanpa matahari. Membiaskan rasa sesak di rongga paruparu.
“Aku harus pulang malam ini,” ucapnya. Dan, aku hanya bisa terdiam. Merasakan gerimis yang menitik kian deras. Kali ini beterbangan tertiup angin. Melewati celah jendela di kamarku. Menyapu seisi hatiku, kosong, tak tersisa. Tinggal dingin dan sepi.
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
0 komentar:
Post a Comment