Apa kabar harapan?
ketika namaku tidak muncul sebagai salah satu penulis paper terpilih untuk publikasi bersama tentang fun culture, kecewaku tidak ketulungan. hampir sama kecewanya ketika aku tidak lolos ujian UMPTN untuk masuk UGM. ha ha. rasanya langit sudah runtuh dan tak ada lagi harapan. sampai-sampai raut wajahku memancarkan kekecewaan itu. mendung. "kesempatan tak cuma ada satu. masih banyak tuh yang lain," hibur ayah. aku mengiyakan, tapi tetap saja, bete.
lalu tiba-tiba aku dapat info kalau aku masuk tahap tes interview untuk program MEP Indonesia-Australia. yup, memang benar. usai kecewa, akan ada bahagia. meskipun sampai detik ini belum ada pengumuman hasilnya. tapi paling tidak, punya pengalaman ngobrol lagi sama bule-bule sharing tentang matapena.
selesai MEP interview, aku ketemu lagi dengan pengalaman mengecewakan. interview di salah satu LSM, ha ha berasa dimentah-mentahkan. berasa tidak capable, dan sekolah di luar negeri itu nggak awu-awu. kecewa dan sedihnya sampai berhari-hari. entah si ibuknya mendapat dosa atau tidak, sudah membuat orang lain tidak nyaman (hihi). mungkin yang akan dapat pahala si bule-bule dari MEP. karena sudah menginterviewku dengan sangat appresiatif.
dan inna ma'al usri yusro. tak dapat kesempatan dari LSM itu, aku dapat kesempatan bergabung dalam penulisan BPU tentang Sekolah Berwawasan Lingkungan untuk Kepala Sekolah di Jakarta. Bertemu dengan para praktisi pendidikan dan akademisi. Berdebat dengan seorang ibu-ibu expert, namun akhirnya harus mengalah. ah, lucu sekali.
dan bulan maret ini, ada banyak aplikasi harapan yang ingin aku semai. menunggu dengan harap-harap cemas ha ha untuk sebuah jawaban. menurutku, harapan harus selalu disemai dan ditanam. supaya hidup ada seninya. seni menghadapi rasa "gagal" dan "berhasil".
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
0 komentar:
Post a Comment