Tidak setiap orang memiliki tahapan hidup yang sama. Tahapan2 itu mengajari aku tentang sebuah pengalaman. Pengalaman menjadi santri, menjadi anak kos, menjadi pembangkang, misalnya. Tahapan-tahapan itu tak selamanya terasa manis, bahkan sering kali pahit dan menyesakkan dada. Sering, satu tahapan itu belum pernah terpikirkan, muncul dalam angan saja tidak. Malah tahapan itu adalah sesuatu yang sangat aku jaga dan benci. Tapi, ia tiba-tiba saja sudah tertata apik di hadapan. Dan, semua teralami begitu saja.
Kini, aku tengah menapaki satu tahapan. Semoga saja aku bisa menjalaninya dengan baik dan bijak. Selamat, terjaga, dan terampuni. Dan, pada satu titik tahap berikutnya bisa aku baca dan maknai kenapa aku harus menapakai tahapan yang itu. Karena aku yakin betul, tidak ada hal sekecil apa pun di dunia ini yang tercipta sia-sia. Meskipun tahapan itu penuh lumpur dan noda. Suatu saat, ia pasti akan terbaca. Pada saatnya semuanya akan menjadi terang dan berhikmah.
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
0 komentar:
Post a Comment