Pada sebuah papan putih di kantorku. Di ujung bagian atas, tempat paling mencuri perhatian. Tertempel selembar kertas bergaris, direkatkan oleh isolasi. Sebuah tulisan tangan, rapi dan terbaca jelas.
Nien, aku cuti untuk satu minggu ke depan. Sekadar membagi waktu untuk bertanya lebih dekat tentang kabar dan keadaan keluargaku, juga ketiga anakku. Baik-baik ya di kantor.
Aku menghela napas. Sepi. Tapi, juga mengerti. Siapa pun, tak terkecuali atasanku itu, butuh waktu khusus untuk berteduh bersama keluarga. Apalagi momen libur, tahun baru. Dan, aku sebagai bawahan yang baik dan setia, semestinya memahami itu dan menikmati sebaik-baiknya bertahun baru dengan rutinitasku. Sampai saatnya nanti, giliranku untuk juga berteduh.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430 H.
Selamat Tahun Baru Masehi 2009
Semoga teduh itu membawa semangat dan capaian baru di tahun mendatang. Allah memberkahi setiap langkah kita. Amiin.
Nien, aku cuti untuk satu minggu ke depan. Sekadar membagi waktu untuk bertanya lebih dekat tentang kabar dan keadaan keluargaku, juga ketiga anakku. Baik-baik ya di kantor.
Aku menghela napas. Sepi. Tapi, juga mengerti. Siapa pun, tak terkecuali atasanku itu, butuh waktu khusus untuk berteduh bersama keluarga. Apalagi momen libur, tahun baru. Dan, aku sebagai bawahan yang baik dan setia, semestinya memahami itu dan menikmati sebaik-baiknya bertahun baru dengan rutinitasku. Sampai saatnya nanti, giliranku untuk juga berteduh.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1430 H.
Selamat Tahun Baru Masehi 2009
Semoga teduh itu membawa semangat dan capaian baru di tahun mendatang. Allah memberkahi setiap langkah kita. Amiin.
0 komentar:
Post a Comment