Seorang laki-laki, di ruang tunggu bandara. Sebuah Hp blackberry, bergerak2 pelan oleh dua tangan berkulit agak gelap, memainkan tuts huruf dan tanda baca.
"aku sdh landing, dik. sdh smpe rmh blm?"
Satu detik pesan terkirim. Satu detik kemudian, masuk laporan delivered. Satu menit, terdengar kembali suara dari pengeras tentang kedatangan pesawat. Dua menit, datang seorang ibu-ibu duduk di sebelahnya. Tiga, empat, lima, enam, tujuh, hingga 30 menit, masih seperti menit-menit sebelumnya. Ia menatap pada blackberry, jengah, memencet-mencet asal tust tanpa maksud. Sopir penjemput dari perusahaannya baru akan sampai 20 menitan ke depan. Membosankan.
Tiba-tiba blackberry bergetar, sebuah pesan masuk. Senyum senang tersungging di sudut hatinya.
"sdah landing ya, beb? kok nggak kabar2?"
Bibirnya mengerucut. Membentuk sikap tak suka membaca sms itu. Sebentar benda kotak lebar itu tampak bergoyang-goyang halus.
"iya, baru saja kok."
Pesan terkirim. Pesan tersampaikan. Satu menit, dua menit, sebuah pesan kembali masuk.
"ya syukur. ntar berbrapa org? mpe banyuwangi mlm dong."
Laki-laki itu mendesah, bosan. Ditekannya tombol exit. Dua menit, ibu2 di sebelahnya berdiri, menyeret travel bag masuk melewati pintu detektor. Laki-laki menatap sekeliling, masih saja ramai. Sekarang pukul 17.30 WIB.
Kembali blackberrynya bergetar.
"ya syukur. ntar berbrapa org? mpe banyuwangi mlm dong."
Hmmm, dia menarik napas dan menghempaskannya kuat-kuat. Pesan yang sama terkirim dua kali. Masih terdiam, dia menunggu, membiarkan sender di ujung sana juga menunggu. Lumayan lama sampai akhirnya dengan agak malas, tangannya pun beraksi.
"dua org. iyalah sampe sana mlm."
Pesan terkirim. Pesan terterimakan. Dua menit, si black bergetar lagi.
"nggak lupa bawa suplemen kan sayang? biar ga ngedrop kondisi badannya."
Lagi-lagi, dengusan napas yang terdengar. Beruntung, seorang laki-laki berseragam safari biru, datang menghampiri, sopir perusahaan. Selesai saling sapa dan melempar senyum, berdua mereka meninggalkan ruang tunggu menuju Innova di parkiran. Meninggalkan jengah harus berbalas sms dengan perempuan introgator yang tak diharapkannya.
Di jok depan bersebelahan dengan sopir, laki-laki kembali menarikan tangan, mencetak barisan kata pada layar blackberry.
"istriku, adikku, ke mana ya, disms kok nggak dibalas."
Satu detik pesan terkirim, dua detik laporan delivered diterima. Laki-laki menarik napas lagi, melempar pandangan ke luar. Beberapa saat blackberry bergetar.
"hallo beb, sudah otw ke banyuwangi ya? atau ketiduran?"
Laki-laki tersenyum masam. Membaca kalimat itu hampa tanpa rasa. Lalu, menulis balasan.
"iyya, ngantuk banget."
Satu detik pesan terkirim disusul laporan sudah disampaikan. Dua menit, sebuah pesan masuk.
"oke beb, met tidur aja deh. ntar kabar2 n hati2 ya."
Laki-laki tersenyum, sudah bebas dari sms-sms yang baginya sudah tak asyik lagi itu. Tak ada janji untuk kabar-kabar lagi. Sekarang kondisi sudah berubah. Sudah sampai pada titik jenuh basa-basi cinta anak muda. Dia 40 tahun, dan hanya bisa nyaman dan mengerti dengan perempuan berusia sama, 40 tahun, istrinya. Bukan perempuan belia yang selalu bertanya dan ingin ditanya dengan sms basi. Ia tak lagi butuhkan itu. Laki-laki menarik napas lega.
Tapi, tiba-tiba napasnya kembali berat. Teringat akan sms yang dikirim untuk istrinya, sejak tiga jam yang lalu, tak kunjung dibalas. Padahal, dia butuh dan rindu balasan itu. Balasan dari istrinya yang bukan introgator dan tak pernah berkirim sms basi.
mudik ke manoa
-
waktu aku akan balik ke indonesia dari hawaii tahun 2012, aku sudah
berharap kalau suatu saat akan bisa datang lagi ke pulau cantik ini.
harapan itu teru...
5 years ago
0 komentar:
Post a Comment