December 21, 2016

Pelangi

yang nulis Isma Kazee di 3:49 PM

"maafkan, aku terlambat. aku tak enak meninggalkan acara makan-makan bersama kawan-kawan," ucap zoya terbata-bata. mengenakan kaos biru tipis bertuliskan honolulu, wajahnya tampak kusut sekaligus pasrah. ia kadang memang bodoh, lebih tepatnya, tidak cerdas membaca dengan perasaan sebelum melakukan sesuatu. sejak pukul lima sore, ia sudah sibuk membantu menyiapkan acara makan-makan untuk ia berempat setelah mereka berjalan-jalan keliling pulau oahu. dan tanpa ia sadari hingga pukul sepuluh malam, ia baru bisa beranjak dari dapur lantai 9. tiba di kamarnya, ia disambut oleh hampir puluhan pesan yang direkam oleh mesin penjawab bahwa seseorang sedang menunggunya di ruang printing sejak sore hingga lumutan.
"sini aku bantu scan," tawarnya. "aku benar-benar minta maaf." ia mendekati ziya, menyentuh pundaknya, tapi langsung ditepis oleh tangan ziya yang gemetar. ia tak sedang sakit, tapi menahan hatinya yang bergemuruh. rasanya kata marah dan kesal tak cukup mewakili perasaannya. zoya sudah berjanji akan membantunya menyelesaikan tumpukan buku yang harus ia scan dari sore hingga malam itu. sebelum ke tempat printing, ia sudah telpon 6458, nomor telpon kamar zoya, nun tak kunjung ada jawaban. dua kali, tiga kali, hingga puluhan kali, panggilannya dijawab oleh mesin perekam, "this is zoya, i am not in my room. please leave your message." ia meninggalkan pesan dari "where are you" hingga "i hate you. nyebeli. njembeki. njelehi aarrrrrrrrgh."
"ziya, please don't cry," ia melihat ziya membuka dan menyecan halaman demi halaman sambil terisak. "bagaimana aku tidak menangis, berkali-kali aku menelpon, berjam-jam aku menunggu, kamu malah santai makan-makan lupa sama janji. padahal aku sudah tidak ada waktu lagi untuk menyelesaikan scanan ini, tinggal malam ini saja. ini malam terakhirku di sini dan aku ingin menikmatinya sebahagia mungkin bersamamu. bukan bersama mesin scan ini. kamu kemana saja. kamu sedih tidak sih?!!" ziya meracau tapi dalam hati. saat itu yang bisa ia suarakan hanya isakan seperti bocah dua tahun menahan sakit karena dicubit temannya.
"ziya, ziya oh ziya," zoya menarik ziya dalam pelukannya. berkali-kali ia mengumpati dirinya sendiri. ia memang bodoh. ia bahkan tak bisa merasakan bagaimana besok ia harus melewati hari pertama tanpa ziya. atau mungkin karena ia sebenarnya terlalu sedih dan bingung sampai tak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan. melewati hari-hari terakhir di manoa tanpa ziya bagi zoya adalah sore hari yang hujan tanpa matahari dan kopi, juga pelangi karena waktu malam ia sudah tak bisa melihat langit saat hujan sudah reda. sekarang ia menemukan perasaannya. pipinya sudah basah. ia benar-benar takut kehilangan ziya, pelangi hatinya.

0 komentar:

 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea