rumah kami di pekalongan bersebelahan dengan lapangan milik desa. lapangan yang biasa dipakai upacara bendera, kemah anak-anak pramuka, tempat olah raga anak-anak sekolah, latihan naik motor, angon kerbau, njemur batik basah selesai dilorot, dan tempat kami nonton layar tancap.
layar tancap biasanya disponsori oleh perusahaan jamu. seingatku, di sela-sela pemutaran, akan ada break dan petugas mempromosikan produk jamunya menggunakan speaker. atau oleh dinas penerangan kabupaten. jaman itu kampanye soal KB masih sering dilakukan.
siang hari jelang layar tancap diputar, mobil sponsor berkeliling dengan pengeras suara, mengumumkan kalau akan ada layar tancap di lapangan.
waktu itu nggak setiap rumah punya TV, dan salah satu yang punya TV hitam putih itu adalah balai desa yang lokasinya di dekat kuburan desa. aku setiap kali melintasi balai desa, melihat beberapa orang duduk di bangku panjang menghadap TV yang diletakkan di kotak kayu berpenyangga seperti rumah panggung untuk burung.
jadi, maklum saja kalau kami girang bukan main kalau di desa akan ada layar tancap. selepas maghrib, aku ikut mencari tempat yang pas untuk nonton. kami duduk di atas tukar yang digelar di atas rumput lapangan. di sela-sela nonton, kami bisa menikmati makanan yang dijual pedagang asongan. salah satu makanan yang selalu dijual di setiap acara tontonan adalah jenang berwarna coklat tua gelap dengan irisan kelapa tipis-tipis, atau jenang pasir yang berwarna lebih terang.
film yang diputar seringnya rhoma irama. kalau pun film laga biasanya film dengan aktor barry prima. kalau film remaja, aku lupa-lupa ingat apakah pernah menonton layar tancap film remaja. seingatku, biasanya cuma satu atau dua film yang diputar.
selain di lapangan sebelah rumah, bapak kadang ngajakin aku menonton sekilas layar tancap yang diputar di desa tetangga, seringnya di lapangan pajomblangan. kami naik motor vespa berwarna krem punya bapak menuju lapangan. tapi, kami nggak lama. sebelum film selesai kami sudah kembali ke rumah.
0 komentar:
Post a Comment