“Pagi ini aku sedang tak ingin tersenyum,” begitu setiap kali aku bertanya pada adikku yang paling aku gemati, kenapa sepagian ini aku lihat wajahnya berlipat-lipat, tidak manis sama sekali.
“Meski satu senti?” aku memastikan.
“Setengah senti juga tidak.”
“Kenapa?”
“Pagi ini aku sedang tak ingin tersenyum,” ia mengulang kembali jawabannya.
Aku tak bisa berbuat banyak. Hanya menatap wajahnya yang kuyu berselimut mendung. Padahal, aku ingat dua hari yang lalu wajah itu tampak sumringah, penuh binar seperti kembang api di malam pergantian tahun. Gigi rapinya sesekali terlihat saat ia berceloteh, dengan gerakan matanya yang dinamis, atau terbahak dengan suaranya yang renyah.
Duhai Adikku, ada apakah gerangan denganmu pagi ini?
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
0 komentar:
Post a Comment