August 30, 2008

Our Qur'an

yang nulis isma di 9:52 PM 0 komentar

Barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya
kemudian dia memohon ampunan kepada Allah,
niscaya dia akan mendapatkan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang
(an-Nisa’: 110)


Duuh Gusti, dekaplah kami kembali meskipun bergunung dosa telah kami lakukan. Jangan tutup pintu rahmat-Mu untuk kami. Patrikan kami pada niat kami, istiqamah dengan qur’an kami. Gusti, leburkan dosa kami, untuk bisa dekat dengan-Mu, untuk bisa menenangkan hati kami dari segala kebisingan dunia, untuk bisa damai, bahagia, ayem, nyaman, tentrem dunia dan akhirat. Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Amiiin.

August 28, 2008

Bersimpuh

yang nulis isma di 1:41 PM 0 komentar
pada sebelum Ramadhan,
aku bersimpuh
menyerahkan upeti lelaku
yang sudah penuh peluh

sebenarnya Engkau sudah tahu
bahkan meliputi semua
jadi, cukuplah aku diam
terpekur dan mengaku

maka izinkan aku menjadi malaikat
tak butuh makan juga dekap
berbuat tanpa harap
hanya pengabdian dan ketulusan

biar saja semua tak mendekat
asyik dengan urusan
aku tak lagi ada ruang
untuk menuntut dan mengingat

cukup melakoni yang terhadap
ikhlas, mengabdi, dan menerima
toh setiap pasang kaki punya jalan
bisa pasti berbeda dari aku menapak

kini, pada jelang Ramadhan
aku hanya bersimpuh
tak ada keluh juga ragu
aku ingin menjadi malaikat

August 26, 2008

Wahai Matahari

yang nulis isma di 7:31 PM 0 komentar
Aku paling tidak bisa melihatmu tak bersinar, Matahari
Meski sering kali oleh sebab itu aku jadi harus menyakiti
Menyembunyikan yang harusnya aku jelaskan
Menjelaskan yang seharusnya aku rahasiakan
Aku jadi bodoh dan tersesat dalam ketakutan dan kekhawatiran

Seperti hari ini,
Untuk kesekian kalinya aku buat kau redup bahkan bermandi hujan
Teduh matamu tertutup awan duka dan ketakberdayaan
Senyum sahajamu sampaikan sakit mendalam karena luka
dan gundukan mancung itu, naik turun menahan isak mendesak

Duhai Matahariku,
Andai saja aku bisa
Ingin kugapai ketinggianmu di sana
Kurengkuh bulatmu dalam dekap hatiku yang penuh cinta
Aku buat tidurmu nyenyak semalaman
Bermandikan nyata yang indah, bukan sebatas mimpi
Satu kesedihan yang acap kali kita galaukan bersama

Sudah cukuplah berharap
Pada datangnya gerhana...
Dan, suatu saat akan menyata
Untuk kita

August 02, 2008

Mimpi Ibu

yang nulis isma di 1:44 PM 2 komentar
Aku memang puteri ibuku, puteri semata wayang malah. Tapi, aku tak mengenal dengan baik bagaimana ibuku. Bukan karena aku tak sayang ibu dan lalu menganggapnya sama seperti bibi atau bahkan tetanggaku, melainkan ibuku adalah seorang puteri di dalam istananya sendiri. Sering kali aku diam-diam memperhatikan ibu, tapi yang aku dapati adalah ibu yang sama seperti dua puluh tahun lalu ketika aku masih duduk di bangku kelas III SMP. Ibu selalu penuh senyum, meskipun hidup tak selalu tersenyum pada ibu.

Maka, ketika malam ini aku kembali menemukan ibu terisak, aku benar-benar tak punya jawaban apa-apa. "Kamu tahu Nak, kadang kita perlu menangis untuk sekadar menunjukkan bahwa tangisan juga bagian dari kebahagiaan," begitu ibu sering kali menjawab. Dan, aku berpikir ibu hanya butuh waktu untuk menangis, meledakkan muatan air yang sudah tak tertampung lagi di matanya.

Sampai, pada suatu sore yang gelap karena hujan akan segera turun, aku mendapati secarik kertas lusuh bertuliskan pena yang juga sudah mulai memudar. Pada lembaran lusuh yang jatuh tercecer di depan pintu kamar ibu aku menemukan sebaris kalimat... "Semoga pada saatnya, pada senja entah yang kapan, akan ada gerhana yang menyatukan rembulan dan matahari..."

Aku tercekat, hampir tanpa napas. Terkenang dongeng kecil yang sering kali ibu ceritakan tentang rembulan, matahari, dan gerhana menjelang aku tidur. Dan, pasti di akhir setiap dongeng itu pandangan ibu akan menerawang jauh, menembus gorden jendela, dan dua titik air mata menetes di sudut matanya.



 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea