November 06, 2010

sign out

yang nulis Isma Kazee di 1:46 AM
"cepat atau lambat juga akan berakhir seperti ini. jadi, lebih baik berakhir sekarang."

di sebuah rumah, seperti bergaya amerika, atika sedang berjibaku dengan setumpuk kertas dan jejalan huruf. malam ini ia menginap di rumah pembimbingnya. sebuah rumah yang mungil tapi lengkap. ada empat kamar, dan ia menempati kamar anak kedua pembimbingnya yang terpaksa menumpang tidur di kamar kakaknya. sebuah meja bundar kecil diletakkan di tengah ruang keluarga. lampu temaram bersinar lembut. memancarkan cahaya emas ke setiap permukaan dinding dan menerpa foto-foto atau gambar yang menempel. hangat seperti selimut bayi, dan memang seperti itulah advisornya. dia adalah malaikat yang baik hati.

sudah larut, tak ada yang terjaga saat ini. meskipun sebelumnya advisornya sempat mengucapkan satu dua patah kata pada atika, menyulutkan semangat untuk terus menulis. atika senang karena mendengar malaikat berbicara. meskipun kemudian ia kembali bersedih, pusing, melihat lembaran program word di hadapannya masih saja tak bertambah paragrafnya. bahkan, atika tak bisa membaca barisan-barisan hurufnya. mungkin karena ia sudah mengantuk.

"hai, apa kabar?"
atika terlonjak. mengerutkan kening. sebuah kotak mungil tiba-tiba muncul di layar laptopnya, dan di bagian atas kotak itu sebuah id tertulis. marawis. atika terpaku seperti melihat alien yang mendarat di bumi. ya, id yang bagi atika sudah menjadi alien meski ia masih tercatat sebagai temannya. tiba-tiba tangan atika menjadi dingin. dan mata ariannya, tiba-tiba juga berair.

"buzz"
kotak itu bergoyang gempa, satu kali. kalau saja itu adalah pemukiman, mungkin beberapa genteng yang terpasang tak kuat di pinggiran atapnya akan berjatuhan. ambrol. seperti perasaan atika detik ini.

"hai, baik," atika menulis.
"lagi ngapain kok belum tidur?"

atika tak bergerak. menyadari sudah berapa tahun ia kehilangan kalimat itu. satu minggu? oh, itu baru kemarin. satu bulan? mmm, sepertinya kurang lama. tiga bulan? tetap saja, masih kurang ke belakang. setengah tahun? masih kurang juga. satu tahun? dua tahun? tiga tahun? ahh, atika menyerah. sepertinya ingatannya dibuat tidak bagus untuk mengenang hal-hal yang tak indah.

"buzz"
kotak itu bergempa kembali.
"sedang sibuk ya? atau tidak mau membalas?"
"sekarang minggu-minggu mengerjakan tugas akhir. maaf ya, kalau telat replynya."

baik sekali aku, batin atika. selalu minta maaf di setiap kesempatan. tapi sayangnya, mungkin karena itu ia menjadi tak berharga dan dianggap percuma sehingga tak perlu mendapat balasan. dan kenapa orang itu cuma memberikan dua opsi jawaban. tidakkah dia tahu kalau orang diam itu besar kemungkinan sedang berpikir, menimbang-nimbang, dan sedang berproses membuat keputusan.

"oh, aku tak bermaksud mengganggu. aku cuma kebetulan online dan aku lihat kamu juga online, jadi aku menyapa."

"apologi ah, supaya tidak terlihat kalau kamu sebenarnya ingin menyapaku. kambing hitam, supaya aku yang terlihat tidak elit dengan online dan memancingmu untuk menyapa," atika menulis, tapi hanya di dalam hati. ia sudah hafal dengan apologi dan kambing hitam itu. dan yang muncul dalam kotak itu hanyalah, "oh, i see."

jeda. atika terdiam. dalam benaknya ia menulis, "lagi di mana? sedang apa, kok belum tidur? apakah lagi bertugas? bagaimana kabar desa binaan? kapan rencana menengok teman-teman di sana?" dan serentetan pertanyaan yang biasa dan ia terbiasa untuk bertanya pada waktu yang silam. lampau. prasejarah. bahkan dunia ini belum ada, hingga saking lamanya atika tak bisa lagi mengingat kapan persisnya. atika sudah menguburnya dalam-dalam. dalam kuburan 2000 kilometer dalamnya atau malah melebihi banyaknya hitungan paling banyak yang ada dalam ilmu pengetahuan. muntahal jumuk.

"bagaimana kamu sekarang?"
atika tak segera menjawab karena bendungan matanya roboh. empat titik air menetes dua-dua masing-masing dari kedua matanya. layar laptop di depannya berubah seperti gelombang air di akuarium. bedanya, bukan ikan-ikan kecil yang bergerak melainkan huruf-huruf kecil yang terbuat dari paku, pecahan kaca, dan segala benda tajam hingga kalimat baik itu malah membuat hatinya terkoyak.

"t a k b a g a i m a n a - b a g a i m a n a," satu per satu huruf ia tulis, satu per satu juga matanya menetes. "sudah larut. aku mau tidur," lanjutnya. "tapi sebelumnya aku ingin menulis, KENAPA?"

atika tak ingin menyudahi, lampu yang bersinar hangat malam ini tahu hal itu. bahkan seekor cicak yang tertegun di pinggiran pintu kamar advisornya juga mengerti kalau atika terpaksa menyudahi. matanya sudah tak kuat untuk diajak bertahan. kalau boleh jujur, bukan tanya itu yang ingin ia tuliskan. ia ingin mengatakan, "bisakah kita berteman baik dan tetap berteman baik tanpa diam, benci, apalagi menyakiti. karena persahabatan kita terlalu indah untuk dikoyak dengan rasa-rasa negatif itu. kedekatan kita sangat pantas untuk membuat kita selalu mau memaafkan dan berbuat yang baik-baik." jauh di lubuk hati, atika suka dengan pertanyaan itu. hanya saja, api sudah kadung menjalar membakar dirinya hidup-hidup dan tiba-tiba ia mendapat pertanyaan, "kamu baik-baik saja?" tanpa jawaban pun semua orang sudah bisa menyimpulkan bahwa atika sudah tak bernyawa.

beberapa menit tak ada jawaban, tapi atika tak mau membunyikan 'buzz'. atika tahu, hanya id marawis yang boleh memaksa, boleh diam, dan boleh tak memaafkan. dan atika, harus selalu menjadi sebaliknya. malam semakin larut, meneruskan bercumbu dengan tulisan juga sudah tak bisa. lebih baik tidur, menutup kisah buruk malam ini. tangan atika bergerak, mengarahkan kursor pada icon x dan lalu pada menu untuk sign out. tapi, tiba-tiba kotakan kecil muncul lagi, membuat atika terlonjak. lebih-lebih setelah membaca barisan kalimat itu. ia terpaku, terdiam hingga ketiduran sampai pagi.

"cepat atau lambat juga akan berakhir seperti ini. jadi, lebih baik berakhir sekarang."

________________________________________
*gara-gara bikin paper, mimpinya bikin paper juga. gimana nggak dobel capek, sadar nggak sadar ngerjain paper. dan suer, nulis paper itu 5000x987000 dan 2789654310098km. lebih susah dari nulis fiksi apalagi mimpi ...

0 komentar:

 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea