orang ini baik sekali. dan semoga akan selalu begitu.
aku pertama kali bertemu dengannya bulan january tahun 2015, pada sebuah workshop di leiden. kami sempat ngobrol pakai bahasa indonesia ketika para presenter menikmati makan malam di sebuah restoran italia. setelah itu, obrolan hanya lewat email untuk urusan reimburment dan editan paper. waktu aku membutuhkan surat rekomendasi, aku malah minta ke rekan kerjanya sesama panitia workshop. juga ketika aku membutuhkan review proposal, aku bukannya menghubunginya melainkan rekan kerjanya yang perempuan itu namun aku tak mendapatkan balasan.
sampai nasib membawaku ke leiden kembali, namun aku bertemu dengannya justru ketika dia akan fieldwork untuk penelitiannya. padahal topik penelitian kami sangat berdekatan. sempat kecewa sih kenapa tidak dari awal aku ajak dia untuk diskusi dan sharing. tapi waktu itu aku masih hamil dan sok pusing dengan urusan mahasiswa baru juga perhamilan. dan aku pikir, masih akan ada waktu besok atau bulan-bulan depan.
menjadi mahasiswa baru aku menghadapi masalah tentang pembimbing pertama yang mengundurkan diri. rasanya antara seneng dan kecewa. seneng karena sebenarnya aku memang belum pernah berbincang baik lewat email atau bertatap muka, apalagi mengenalnya. kebayang kan kalau ia masih jadi pembimbing, mungkin akan sulit membangun kemistri. kecewanya, ia memperlakukanku seperti anak tiri. dicuekin lalu bilang saya tidak bisa membimbing anda.
tapi tiap ada kekecewaan biasanya memang ada kebahagiaan. setelah pembimbing kedua naik menjadi pembimbing pertama, aku diminta untuk mencari pembimbing baru sebagai pembimbing kedua. dan nasib kembali mempertemukan aku dengan orang baik itu. ia tertarik ikut kongres ulama perempuan, dan aku pun mendapat kesempatan untuk belajar sekalian memintanya untuk menjadi pembimbing kedua. gayung bersambut, ia setuju, sambil mengatakan, kalau aku akan menjadi mahasiswa pertama yang dibimbingnya.
sepertinya kami punya niat yang sama, aku ingin menjadi mahasiswa bimbingan yang membanggakan, sementara ia juga ingin bagaimana aku bisa membuatnya bangga. ha ha begitukah. tapi aku senang. seperti kata teman-temanku, ia orang baik. dan aku juga merasakan kebaikannya itu. ia supportive dan tak segan-segan meresponse pertanyaanku meskipun itu ecek-ecek. ia mengajakku menulis, tapi aku memang lelet tidak juga menulis. ia mengajakku presentasi pada sebuah workshop yang mempertemukan para orang besar, which is menurutku tanpa aku ikut pun ia pasti bisa mempresentasikan tentang kongres itu dengan baik. ia juga membantuku soal funding yang aku butuhkan untuk bisa ikut dalam workshop itu.
salah satu anugerah terindah mahasiswa phd adalah bisa nyaman berkomunikasi dengan pembimbing, dan mendapatkan pembimbing yang baik sekali seperti peneliti yang satu ini.
aku pertama kali bertemu dengannya bulan january tahun 2015, pada sebuah workshop di leiden. kami sempat ngobrol pakai bahasa indonesia ketika para presenter menikmati makan malam di sebuah restoran italia. setelah itu, obrolan hanya lewat email untuk urusan reimburment dan editan paper. waktu aku membutuhkan surat rekomendasi, aku malah minta ke rekan kerjanya sesama panitia workshop. juga ketika aku membutuhkan review proposal, aku bukannya menghubunginya melainkan rekan kerjanya yang perempuan itu namun aku tak mendapatkan balasan.
sampai nasib membawaku ke leiden kembali, namun aku bertemu dengannya justru ketika dia akan fieldwork untuk penelitiannya. padahal topik penelitian kami sangat berdekatan. sempat kecewa sih kenapa tidak dari awal aku ajak dia untuk diskusi dan sharing. tapi waktu itu aku masih hamil dan sok pusing dengan urusan mahasiswa baru juga perhamilan. dan aku pikir, masih akan ada waktu besok atau bulan-bulan depan.
menjadi mahasiswa baru aku menghadapi masalah tentang pembimbing pertama yang mengundurkan diri. rasanya antara seneng dan kecewa. seneng karena sebenarnya aku memang belum pernah berbincang baik lewat email atau bertatap muka, apalagi mengenalnya. kebayang kan kalau ia masih jadi pembimbing, mungkin akan sulit membangun kemistri. kecewanya, ia memperlakukanku seperti anak tiri. dicuekin lalu bilang saya tidak bisa membimbing anda.
tapi tiap ada kekecewaan biasanya memang ada kebahagiaan. setelah pembimbing kedua naik menjadi pembimbing pertama, aku diminta untuk mencari pembimbing baru sebagai pembimbing kedua. dan nasib kembali mempertemukan aku dengan orang baik itu. ia tertarik ikut kongres ulama perempuan, dan aku pun mendapat kesempatan untuk belajar sekalian memintanya untuk menjadi pembimbing kedua. gayung bersambut, ia setuju, sambil mengatakan, kalau aku akan menjadi mahasiswa pertama yang dibimbingnya.
sepertinya kami punya niat yang sama, aku ingin menjadi mahasiswa bimbingan yang membanggakan, sementara ia juga ingin bagaimana aku bisa membuatnya bangga. ha ha begitukah. tapi aku senang. seperti kata teman-temanku, ia orang baik. dan aku juga merasakan kebaikannya itu. ia supportive dan tak segan-segan meresponse pertanyaanku meskipun itu ecek-ecek. ia mengajakku menulis, tapi aku memang lelet tidak juga menulis. ia mengajakku presentasi pada sebuah workshop yang mempertemukan para orang besar, which is menurutku tanpa aku ikut pun ia pasti bisa mempresentasikan tentang kongres itu dengan baik. ia juga membantuku soal funding yang aku butuhkan untuk bisa ikut dalam workshop itu.
salah satu anugerah terindah mahasiswa phd adalah bisa nyaman berkomunikasi dengan pembimbing, dan mendapatkan pembimbing yang baik sekali seperti peneliti yang satu ini.
0 komentar:
Post a Comment