matanya berwarna biru. maksudku bola matanya. bulatannya tak begitu besar sehingga matanya terlihat dalam, runcing, dan tajam saat menatap.
itu saja yang berhasil aku gambarkan dari moment kami saling bertatap mata pagi itu. selama ini aku tak percaya kalau tatapan mata bisa dalam menghunjam. tapi, mata birunya berhasil memberi aku pengalaman atas rasa aneh yang aku rasakan saat ia menatapku.
satu detik? oh sepertinya lebih dari satu detik. dua detik? kurang juga. baik, mungkin sekitar tiga detik kami saling menatap. hanya menatap, dan mungkin mata kami yang saling bicara dengan bahasa mata yang aku sendiri tak paham. tetapi, kenapa aku merasakan nyeri akibat hunjaman tatapan matanya?
aku bertanya pada mata, ia diam seribu bahasa.
0 komentar:
Post a Comment