Pagi, sesudah aktivitas dimulai, suara lembut itu menyapaku.
"Halo ini Isma?"
"Iya benar."
"Saya... dari..."
Belum juga selesai dia menjelaskan, hatiku seketika luruh, jatuh dalam sembah sujud. Memang Tuhan itu sangat romantis. Menghadirkan impian justru ketika impian itu sudah aku lupakan. Dan, jadilah kehadiran itu surprise.
Baru juga kemarin aku berucap putus asa pada kawanku, dan dia mengamini ucapanku. Ternyata di jagat individualisme jakarta, masih kutemukan aroma jogja yang penuh penghargaan dan pengertian. Menghargai celah kecil semangatku. Mengerti bahwa marjinal itu bisa bermakna macam-macam, seperti kemarjinalanku. Hiks.
Matur sembah nuwun... Makasih banyak. Semoga menjadi amal baik, dan menjadi awal yang baik juga buatku.
1 komentar:
maju terus pantang mundur mbakyu...semoga berhasil yahh
Post a Comment