June 28, 2015

skor bahasa inggris

yang nulis Isma Kazee di 9:43 PM

skor itu seperti tulisanku ini, rumit hehe

skor bahasa inggris itu kayak mimpi buruk aja ya hehe. waktu kuliah, memang sih nilai bahasa inggrisku nggak jelek, minimal B. lumayan kan hehe. tapi kalau sudah test yang untuk dapetin skor, dapetnya selalu pas-pasan. apalagi aku memang tergolong mahasiswa pas-pasan duitnya, jadi tidak ada anggaran untuk secara khusus ambil kursus bahasa inggris. jadi semata-mata memanfaatkan pelajaran di dalam kelas.

tentang sejarah perskoran bahasa inggris, untuk pertama kalinya aku ikut test akhir tahun 2002an di lembaga bahasa UIN. untuk mendaftar program S2 social work UIN kerja sama dengan McGill Canada (sepertinya begitu hehe). waktu itu aku cuma dapat 425, sementara yang disyaratkan lebih dari itu. seingatku aku nggak jadi mendaftar hehe. sudah gulung tikar duluan.

test selanjutnya aku lakukan setelah menikah, di fakultas ekonomi UGM. untuk mendaftar beasiswa IFP Ford Foundation. seingatku skornya nggak jauh-jauh amat dari skor yang pertama, tapi lumayan bisa membantuku terseleksi sebagai kandidat pelamar beasiswa sampai tahap interview. dan waktu pengumuman, hiks namaku tidak termasuk yang terpilih. lalu, skor yang sama aku pakai juga untuk mendaftar beasiswa yang sama, dan kembali mengantarkanku sampai tahap interview dan menjadi alternate/cadangan penerima beasiswa. aku dinyatakan masuk setelah ada tiga orang yang terseleksi mengundurkan diri.

nah, berkat IFP inilah aku merasakan juga yang namanya kursus bahasa inggris intensif selama 3 bulan. aku belajar IELTS, dan review TOEFL yang tidak sempat aku ikuti kursusnya karena posisiku sebagai cadangan baru diumumkan setelah kursus TEOFL yang 3 bulan itu selesai. kasihan ya hehe. sudah inggrisnya pas-pasan, eh tidak dapat kursus TOEFL. alhasil, setiap kali test untuk melihat perkembangan skor yang dibiayai oleh IIEF, skorku kayak yoyo haha. naik turun naik turun, malah cenderung turun dari bulan ke bulan. kondisi ini membuatku sempat putus asa untuk bisa kuliah di luar negeri. untunglah skor IELTS-ku dapat membantu. dan aku ketrima kuliah di University of Hawaii at Manoa. 

tinggal selama dua tahun di Hawaii ternyata tidak memberikan dampak yang significant untuk kemampuan bahasa inggrisku. parah banget. kecuali aku lebih pede aja untuk ikut konferensi dan program-program berbahasa inggris. karena orientasiku belum mengarah ke PhD, aku juga nggak siap-siap soal meningkatkan skor. sampai aku pulang kampung dan aku tidak tahu berapa skor bahasa inggrisku.

meskipun demikian, aku masih beruntung bisa masuk seleksi program seperti mansoon school di India, pertukaran tokoh muda muslim ke australia, dan presentasi paper di leiden belanda. beruntung banget skor IELTS-ku yang cuma 5 itu masih bisa dipakai senjata hehe. Tapi, ketika aku apply untuk program community solution (CS) 2015, aku diharuskan ikut test lagi, dan kali ini harus IBT. nah loh. aku kan nggak pernah belajar IBT. apalagi ikut test. dan di tengah suasana galau, dan memang nggak pinter haha aku cuma dapat skor 78. *nangis di pojokan*

test IBT itu nyebelin deh hehe. aku sudah pede untuk writing kedua karena temanya sepertinya familiar. pokoknya pede lah. eh, ternyata nilai writing pas-pasan juga. sebel. hehe tapi senengnya test IBT ini dibiayai sama CS. dan untuk program CS ini aku menjadi alternate/cadangan, yang bisa naik menjadi finalist jika ada salah satu finalist yang mengundurkan diri. katanya sih informasinya sampai 30an Juni. naga-naganya sih nggak ada yang mundur haha karena sampai detik ini tidak ada kabar mengejutkan itu.

lalu apakah petualangan skor bahasa inggrisku berhenti sampai di sini? hehe tentu tidak. aku masih harus mengumpulkan skor minimal 550 untuk TEOFL atau 79 untuk IBT untuk mendaftar beasiswa yang lain. karena test IBT mahal, aku pilih test TOEFL ITP di sanata dharma yang biayanya kurang lebih IDR 450.000. tanpa belajar (nakal ya hehe) dengan harap cemas aku menyelesaikan soal, dan mendapatkan skor yang membuatku guling-guling menangis hehe. tidak sampai 550 bro, cuma 527. ngok! rasa-rasanya langit runtuh dan pupus sudah harapanku untuk PhD.

tapi dengan skor IBT 78 itu aku nekat mendaftar beasiswa AAS. dasar! terserah aja ya sama panitia hehe, semoga sih ada keberuntungan. untuk mendaftar kampus di unimelb, ada sih dispensasi bagi alumni kampus dari english speaking country, hanya saja tanggal di ijazahku sudah expired. ia hanya berlaku 2 tahun. tapi, aku juga akan nekat lagi. daftar saja. semoga ada keberuntungan.

aku paling seneng dengan model universitas leiden. baik untuk yang KITLV atau yang mendaftar lewat jalur admission reguler, mereka tidak mensyaratkan skor bahasa inggris. tahapannya, kalau yang KITLV cukup mengisi formulir, menyertakan proposal, ijazah, transkrip, passport, dan dokumen lain tanpa ada dokumen skor inggris. sementara untuk admission reguler, tahapannya mendapatkan supervisor dan menyiapkan dokumen2 pendaftaran tanpa bukti skor bahasa inggris juga. aku tentu mendaftar kedua-duanya, dan sedang menunggu hasil usaha. saya ikhlas saja lah. kata temen, dike'i atau ora dike'i iku kabeh paringane Gusti Allah. Allahu a'lam.

nah sepertinya untuk sementara aku istirahat dulu dari mengejar skor bahasa inggris hehe. nanti kalau urgent kebutuhannya, baru deh kejar-kejaran lagi ... tetep semangat ya mbak bro :)

0 komentar:

 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea