ini perasaan paling menyebalkan. inferior. rendah diri. tidak membanggakan. sebangsa itu. dan paling menyebalkan kalau perasaan itu muncul pas seharusnya kita merasa percaya diri dan bisa dibanggakan karena memang kita pantas untuk hal itu. huff!
minggu pertama setiba di leiden habis untuk ngurusi rumah dan adaptasi sekolah anak-anak. minggu kedua, masih berlanjut dengan adaptasi dan mulai masuk kantor, tapi numpang di kantornya mas pembimbing. dia baik hati. ketika aku bilang kalau belum bisa dapat kunci kantor karena jose sedang liburan, ia menawarkan, kalau perlu kantor, gabung aja di ruanganku. dan dua hari aku sempat nganget di kantornya, memilah nota-nota untuk reimbursment juga membalas email. nggak significant sih pekerjannya hehe. kan baru pemanasan. lebih banyak memperhatikan dan mendalami suasana ruang kerja pembimbing. ceritanya observasi :P
singkat cerita, minggu kedua sudah terlewat, dan sekarang minggu ketiga. seorang teman junior meminta tolong untuk dikoreksikan surat motivasi yang ia tulis untuk mendaftar beasiswa. i did. seorang senior memintaku untuk menulis endorsment buat bukunya. aku iyakan. aku baca dan tulis endorsment untuk bukunya. kelar. sekarang sedang menulis epilog untuk buku kumpulan tulisan santri qudsiyah kudus. kenapa aku malah ngerjain yang nggak berhubungan sama penelitianku? ya maksudnya biar yang jadi PR ini kelar. mudah-mudahan epilog bisa aku kirimkan malam ini.
bertemu mas pembimbing, ia masih memberiku kesempatan untuk settled down dulu. sementara pak pembimbing, wih langsung saja kasih hard deadline, fieldwork report harus dikirim 1 april 2018. bagus sih dan masih nyukupi waktunya. cuma aku merasanya, ini ismah kok kerjanya nggak jelas gitu. nawarin deadline aja nggak berani. ihh, mulai deh muncul inferiority-nya. apalagi ketika melihat senior menerbitkan tulisan mereka tentang kupi. jadi teringat dengan kesepakatan untuk menulis tentang kupi juga tapi ternyata nggak bisa aku wujudkan. lalu melihat para senior mahasiswa yang sepertinya sudah enjoy menulis. lha aku? mulai satu kata saja belum. malah juga kepikiran dan merasa kalau data yang aku kumpulkan masih kurang. duh duh, minder lagi deh.
berasa seperti anak SD yang panik pas ujian, melihat jawaban kawan lain yang berbeda dengan jawabanku. atau melihat kawan lain sudah akan beranjak keluar kelas karena sudah selesai mengerjakan, sementara aku masih panik menyelesaikan soal pertama. aku kudu kepiye?
sebenarnya aku bingung, galau, dan rasanya pingin pulang aja balik ke Indonesia ... melarikan diri dari kenyataan hahaha. au' ah pusing!
minggu pertama setiba di leiden habis untuk ngurusi rumah dan adaptasi sekolah anak-anak. minggu kedua, masih berlanjut dengan adaptasi dan mulai masuk kantor, tapi numpang di kantornya mas pembimbing. dia baik hati. ketika aku bilang kalau belum bisa dapat kunci kantor karena jose sedang liburan, ia menawarkan, kalau perlu kantor, gabung aja di ruanganku. dan dua hari aku sempat nganget di kantornya, memilah nota-nota untuk reimbursment juga membalas email. nggak significant sih pekerjannya hehe. kan baru pemanasan. lebih banyak memperhatikan dan mendalami suasana ruang kerja pembimbing. ceritanya observasi :P
singkat cerita, minggu kedua sudah terlewat, dan sekarang minggu ketiga. seorang teman junior meminta tolong untuk dikoreksikan surat motivasi yang ia tulis untuk mendaftar beasiswa. i did. seorang senior memintaku untuk menulis endorsment buat bukunya. aku iyakan. aku baca dan tulis endorsment untuk bukunya. kelar. sekarang sedang menulis epilog untuk buku kumpulan tulisan santri qudsiyah kudus. kenapa aku malah ngerjain yang nggak berhubungan sama penelitianku? ya maksudnya biar yang jadi PR ini kelar. mudah-mudahan epilog bisa aku kirimkan malam ini.
bertemu mas pembimbing, ia masih memberiku kesempatan untuk settled down dulu. sementara pak pembimbing, wih langsung saja kasih hard deadline, fieldwork report harus dikirim 1 april 2018. bagus sih dan masih nyukupi waktunya. cuma aku merasanya, ini ismah kok kerjanya nggak jelas gitu. nawarin deadline aja nggak berani. ihh, mulai deh muncul inferiority-nya. apalagi ketika melihat senior menerbitkan tulisan mereka tentang kupi. jadi teringat dengan kesepakatan untuk menulis tentang kupi juga tapi ternyata nggak bisa aku wujudkan. lalu melihat para senior mahasiswa yang sepertinya sudah enjoy menulis. lha aku? mulai satu kata saja belum. malah juga kepikiran dan merasa kalau data yang aku kumpulkan masih kurang. duh duh, minder lagi deh.
berasa seperti anak SD yang panik pas ujian, melihat jawaban kawan lain yang berbeda dengan jawabanku. atau melihat kawan lain sudah akan beranjak keluar kelas karena sudah selesai mengerjakan, sementara aku masih panik menyelesaikan soal pertama. aku kudu kepiye?
sebenarnya aku bingung, galau, dan rasanya pingin pulang aja balik ke Indonesia ... melarikan diri dari kenyataan hahaha. au' ah pusing!
0 komentar:
Post a Comment