Mendapat komentar untuk tulisan kecil saya, adalah satu kepuasan tersendiri. Entah komentar yang memuji entah yang mengkritik. Keduanya buat saya adalah masukan yang berarti. Pujian bisa untuk memompa kepercayaan diri, karena faktor ini sangat penting untuk saya berani menulis. Dan, kritikan adalah satu tantangan untuk saya menulis lebih baik lagi.
Bagi penulis pemula seperti saya, komentar-komentar itu adalah apresiasi. Apa pun bentuknya. Saya menulis, dan mereka mau membaca, lalu memberikan penilaian. Itu satu perhatian yang sangat bernilai. Terima kasih, saya merasa mendapat perhatian.
Ada banyak komentar, lewat email, blog, sms, atau juga bicara langsung. Tapi, di antara semua itu, saya suka sekali dengan dua komentar berikut:
xxxxx@yahoo.co.id wrote:
Halo Kak Isma...
Sebelumnya gue minta maaf dulu ya... kalo ada kata2 yang nyinggung perasaan Ka2k. Tentang novel kak Isma yg ke dua, "Ja'a jutek". Itu kok, orang jawa bilang ndeso... banget ya Kak, bahasanya? Kok pake "ndak-ndak" segala? Harusnya kak isma bisa adaptasi donk... kan yang baca bukan cuma orang Pekalongan doank... orang Jakarta, orang Papua,orang Kalimantan,... yah pokoknya orang-orang, lah! Ceritanya udah bagus en keren kok, serius! Cuma... bahasanya itu Kak... gak gaul banget... segitu aja comment gue. Gue ngasih kritik ini demi kesuksesan kak isma loh... sori lagi ya, kalo ada kata2 yg nyinggung... Ndak papa kan?? Hehe... maaf ya Kak... jadi ngeledek...
w/ sorry from me,
…..
Dan, sebuah sms dari temen penulis. Bunyinya sebagai berikut:
Saya bc resensi JUTEK di mading santri:
Klbihan novel ini trletak pd alur crtnya yg nyleneh&pnuh kejutan yg m’gsankan, dh bhs yg enak&sskl bkin gemes ktk dbca.
Komentar memang bisa datang dalam bentuknya yang bermacam-macam. Tentu saja karena kacamata dan pembacaan yang dipakai juga bermacam pula. Dan, saya suka sekali dengan variasi komentar itu. Seperti kata pembaca yang berkirim email itu, semua untuk kesuksesan saya. Terima kasih sekali… sungguh banyak terima kasih. Karena, komentar dalam bentuk apa pun adalah wujud apresiasi. Tanpa apresiasi apalah arti sebuah karya.
Bukankah demikian?
harus memilih
-
ceritanya aku apply dua peluang setelah wisuda dari leiden. peluang pertama
adalah postdoctoral yang infonya dishare sama bu barbara. yang kedua,
peluang...
1 year ago
1 komentar:
Karna aku belum baca novelnya jd aku ngga bs ngasih koment.(suatu saat nanti akan kucari novel2mu ya..)
Yang penting maju terus pantang mundur mba Is....nulis sebanyak-banyaknya yaaa...
Post a Comment